THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 19 November 2011


MEWASPADAI DENGKI…

“Hindarilah sifat dengki karena ia akan memakan amalan kamu sebaimana api memakan kayu yang kering.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Betapa indahnya hidup yg Allah anugerahkan buat hamba-hambaNya yg beriman. Karena, tak satupun gerak hati dan fisik yg berujung sia-sia. Semuanya bermakna.
Sungguh rugi mereka yg tak mampu memaknai indahnya hidup dalam persaudaraan iman. Ada kebencian dalam hati. Ada permusuhan dalam diri. Dan ada dengki yang tiba-tiba mendominasi.
Ø  Ada pembangkangan di balik dengki
Sekilas, dengki menunjukkan ketidakbersamaan antara seseorang dengan orang tertentu. Kesan itu sedemikian kuat terutama dari para pelaku dengki. Padahal, dengki bukan cuma urusan antar manusia. Melainkan juga dengan Allah swt.
Inilah yg tidak disadari oleh para pendengki. Tanpa sadar, orang yg dengki sebenarnya sedang menghujat kebijaksanaan Yang Maha Bijaksana. Ia tidak puas dgn turunnya nikmat Allah kepada orang tertentu.
Jadi, seorang yang sedang dengki sebenarnya bukan sekadar melakukan kesalahan terhadap rekan, saudara, atau siapapun yg ia kenal. Saat dengki itu mulai berkobar, ia sebenarnya sedang melakukan pembangkangan terhadap kebijakan Allah swt.
Ø  Ada risau yg tak putus bersama dengki
Salah satu kunci bahagia sebuah kehidupan adalah lahirnya ketenangan dalam hati. Ketenangan inilah yg menjadikan darah normal. Jantung tidak memompa secara mendadak. Dari situ, pikiran terasa segar, fisik tak lagi sibuk melawan bermacam penyakit. Dan inilah cirri khas pribadi seorang mukmin. “Orang-orang  yg beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS. Ar-Ra’d: (13) 28]
Namun, ketika dengki menelusup ke hati, suasana menjadi lain. Ada hembusan panas yg tiba-tiba mengepung hati. Seorang ulama hadits, Abu Laits berkata, “tiada sesuatu yg lebih jahat daripada dengki. Seorang pendengki akan terkena bencana sebelum dengkinya berhasil, yaitu risau hati yg tak putus-putus, musibah yg tidak berpahala, tercela yg tidak baik, dan murka Allah swt.”
 
 


●●
“Orang-orang yg beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapatkan kebahagiaan dan tempat yg lebih baik.” [QS. Ar-Ra’d: (13) 29]
●●


Ada kesia-siaan setelah dengki
Setiap hamba Allah menginginkan semua amalnya benilai tinggi. Ada tabungan pahala buat hari pembalasan. Tapi tak semua hamba Allah menyadari kalau suatu saat amalnya berkurang drastic dgn satu sebab. Dan sebab itu adalah kesibukan dengki yg tak pernah usai.
Ada kesia-siaan yg didapat dari pendengki. Tanpa sadar, amalnya terus berkurang sejalan dengan kedengkiannya. Pengorbanannya dalam jalan dakwah menjadi tak berarti. Susah payah ibadahnya menjadi tak berpahala. Nau’dzubillaah.
Ø  Ada hawa permusuhan dalam dengki
Ada ciri khusus seorang mukmin dalam interaksinya dgn sesame mukmin. Itulah yg digambarkan Rasulullah saw dalam sebua hadits, “tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya yg dia cintai bagi dirnya.” (HR. Al-Bukhari)
Kadang, ciri tersebut hilang bersamaan dgn munculnya dengki. Ia tak lagi sadar bahwa seorang mukmin punya ciri cinta. Kurang dari itu, ia tak lagi pantas menyandang posisi istimewa sebagai orang yg beriman.
Dengki bukan hanya melepas jalinan cinta antara sesama mukmin. Lebih dari itu, dengki memunculkan permusuhan. Ada jarak batin ketika dua hamba Allah yg dijangkiti dengki bertemu. Tatapan menjadi penelusuran sebuh kecurigaan. Dan senyum menjadi basa-basi hambar.
Bahkan, panasnya permusuhan sudah sangat terasa hanya karena nama orang yg didengki disebut orang. Terlebih ketika penyebutan berkenaan dgn keistimewaan atau kemuliaan. Dengki langsung menggiring hati dan pikiran secara optimalmengolah reaksi. Saat itu tak ada setitik kebaikan pun terlihat dari kacamata dengki. Semuanya buruk.
Alangkah indahnya hidup tanpa dengki. Sungguh indh nasehat Rasulullah saw buat generasi penerusnya, “janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu permusuhan yg tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yg bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yg lain, ia tidak menzhaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakannya, dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah disini – seraya Nabi saw menunjuk ke dadanya tiga kali.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah r.a.). Wallahua’lam.


0 komentar: